Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 11 Maret 2013

Kemandirian Pada Remaja

Menurut Masrun kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya kemandirian yang kuat.
Menurut Brawer dalam Chabib Toha kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain.
Kemandirian mempunyai ciri-ciri yang beragam, banyak dari para ahli yang berpendapat mengenai ciri-ciri kemandirian. Menurut Gilmore dalam Chabib Thoha merumuskan ciri kemandirian itu meliputi:

1. Ada rasa tanggung jawab. 
2. Memiliki pertimbangan dalam menilai problem yang dihadapi secara intelegen. 
3. Adanya perasaan aman bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain. 
4. Adanya sikap kreatif sehingga menghasilkan ide yang berguna bagi orang lain.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemandirian pada remaja menurut Masrun, yaitu:
1. Usia 
2. Jenis kelamin 
3. Konsep diri 
4. Pendidikan 
5. Keluarga 
6. Interaksi sosial

Dalam persoalan remaja dan kaum muda ini ternyata banyak sekali pihak-pihak yang terlibat, karena sosok remaja itu hidup dalam konteks sosiabilitas yang sangat luas. Namun sebagai remaja, keterkaitan yang kuat justru harus tercipta dari hubungan remaja tersebut dengan orangtua atau tokoh-tokoh otoritas dewasa lainnya. Hubungan inilah yang diharapkan dalam kondisi sehat, terbuka, positif dan konstruktif, sehingga dapat berfungsi sebagai tameng terhadap berbagai pengaruh negative yang ada dalam masyarakat.
Sampai hari ini, berbagai pihak termasuk media cetak, online, radio, televisi, luar ruang dan bioskop banyak sekali mengupas sisi gelap dari kehidupan dunia remaja ini. Dan tentunya hal ini tidak akan pernah tuntas, karena dunia remaja memang dunia yang penuh gejolak, kecemasan, kebingungan, yang justru merupakan suatu proses terpenting dalam tahap pendewasaan seorang remaja. Dari banyaknya seminar mengenai situasi dunia remaja, banyak sekali orangtua yang ternyata kurang (sampai tidak) mengertahui secara persis apa yang sebenarnya terjadi pada anak remajanya, apakah itu mengenai perasaan, keinginan, persoalan dan sampai pada pergaulan mereka di luar. Banyak orang tua yang masih menganggap bahwa remaja mereka itu masih merupakan anak kecil, sehingga masih terus harus dituntun. Padahal mereka sudah memiliki kemampuan – walaupun masih dalam taraf belajar - untuk bersikap mandiri, melakukan pilihan dan memutuskan apa yang terbaik bagi mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger templates

Blogroll

Blogger news